Bahasa dan media memiliki keterkaitan erat. Salah satu perkembangan bahasa didukung peran media massa. Sedangkan perkembangan media massa tidak lepas dari perkembangan bahasa. Menurut Thornborrow (2006: 78) media massa adalah salah satu cara yang paling banyak kita gunakan untuk mengakses informasi tentang dunia sekitar kita, dan sekaligus merupakan sumber dari sebagian besar kegiatan hiburan kita. Oleh karena itu, media menjadi tempat yang sangat berpotensi untuk memroduksi dan menyebarluaskan makna sosial, atau dengan kata lain, media berperan besar dalam menentukan makna dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia untuk budaya, masyarakat, atau kelompok sosial tententu. Peran besar media massa dengan kelebihan memroduksi dan menyebarluaskan makna sosial tersebut menjadikan media massa sangat memungkinkan dimanfaatkan pihak berkuasa. Menurut Thornborrow (2006: 82) aspek yang paling menarik dan paling penting dari potensi kekuasaan media jika dilihat dari sudut pandang linguistik adalah cara media memberitakan orang dan kejadian. Level dari penggunaan bahasa tersebut disebut representasi bahasa. Beberapa struktur linguistik bisa membentuk ideologi yang beragam. Hal itu menimbulkan berbagai versi dan pandangan yang berbeda dari satu kejadian yang sama. Menurut Fairclough dalam Jorgensen dan Philips (Ahmadi F., 2015: 255) ideologi sebagai konstruksi makna yang memberikan kontribusi bagi pemroduksian, pereproduksian, dan transformasi hubungan-hubungan dominasi. Hal seperti itu sangat tampak dalam dunia media di Indonesia saat ini. Sebagai contoh, berdasarkan hasil penelitian Umar (2014) dalam Analisis Wacana Kritis Teks Berita MetroTV dan tvOne mengenai ‘Luapan Lumpur Sidoarjo’ menyimpulkan bahwa struktur teks MetroTV tidak hanya berisi pemarapan peristiwa, namun juga memberi pemaparan hal-hal negatif yang mengangkat hal tidak baik (buruk) dari PT Lapindo Brantas. Struktur teks tvOne tidak hanya berisi pemaparan informasi sebagaimana lazimnya teks berita, namun juga memberi nuansa argumentasi untuk teks berita dengan tujuan menetralkan isu-isu yang negatif. Selanjutnya, Ideologi MetroTV adalah pencitraan negatif dengan menyerang, sementara ideologi tvOne adalah pencitraan positif dengan membela diri dan menentralkan isu-isu negatif pihak lain. Strategi MetroTV adalah Menguatkan hal negatif dari orang lain dan Mengurangi hal positif dari orang lain. Strategi tvOne adalah Menguatkan hal positif dari diri kita dan Mengurangi hal negatif dari diri kita. Fakta tersebut menunjukkan bahwa media di Indonesia sangat rentan dimanfaatkan kepentingan pemilik media maupun pihak lain yang memiliki kekuasaan dan kekuatan finansial. Kondisi tersebut tentunya berdampak tidak baik bagi masyarakat karena tidak mendapatkan informasi sesuai dengan faktanya.
0 Comments
|
Arsip
March 2017
Baca yang Lain
|