BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM CERAMAH KEAGAMAAN
Ali Kusno, Abd. Rahman
Abstract religious lecture is the effective means of propaganda for direct interacting to the worshipers. Unfortunately, there are some lecturers who do not pay attention to the politeness principle in the preaching. One lecturer who often causes controversy is GN. GN lectures on several occasions, such as lectures in churches, sparked debate and a negative response from the other speaker. This research is to reveal the forms of principle courtesy violation in discourse. This research used descriptive qualitative research with discourse analysis approach. The analysis showed the forms of the offense of direct criticism (menohok hearer) with a word or phrase that is abusive, speech-driven sense of emotion, intent cornered hearer, the charges on the basis of suspicion, protective of opinions, attack the personal aspect, and the spread of hatred. The forms of violations that included part of the Approbation Maxim. It can be concluded that the conflict (linguistic and social) can be triggered by a lecture, disregarding the principle of modesty. Linguistic conflict, like debate between lecturers, would arise not because of the debate the substance of propaganda, but the attack triggered a personal aspect and spreading hatred. Conflicts are likely to occur when the violation of the principle of courtesy is still ongoing. The negative impact of the conflict would be stronger if it involves an object or group of people with different religious and ethnic. |
PERSEPSI SN DAN MR TENTANG PRESIDEN JOKO WIDODO: ANALISIS WACANA REKAMAN PERCAKAPAN 'PAPA MINTA SAHAM'
Ali Kusno
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Jalan Batu Cermin 25 Sempaja Utara, Samarinda, Kalimantan Timur Pos-el: [email protected] ABSTRAK Perhatian masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2015 tersita dengan rekaman percakapan ‘Papa Minta Saham’. Percakapan itu terkait pencatutan nama Presiden Jokowi oleh SN dan MR. Dalam percakapan itu juga terdapat topik pembicaraan lain yang terungkap. Salah satunya persepsi SN dan MR tentang karakter Presiden Jokowi. Penelitian ini bertujuan menganalisis persepsi SN dan MR tentang karakter Presiden Jokowi itu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan objek penelitian berupa penggunaan bahasa dalam rekaman percakapan ‘Papa Minta Saham’. Data dan sumber data berupa dokumen transkrip dan rekaman percakapan ‘Papa Minta Saham’. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana. Temuan penelitian menunjukkan adanya beragam persepsi negatif, yakni Presiden Jokowi yang dianggap keras kepala (koppig), sulit untuk dapat chemistry, memiliki ego yang tinggi, teguh pendirian, orang yang alot, dan dianggap berbahaya. Ada satu persepsi positif yang muncul, yakni Presiden Jokowi orang baik dan berani. Persepsi masyarakat umum bisa saja berbeda dengan beragam persepsi SN dan MR itu. Temuan-temuan ini sekaligus membuktikan bahwa bahasa politisi di depan publik berbeda dengan sesungguhnya. Ada siasat di balik tuturan yang disampaikan politisi. Persepsi negatif dapat berubah menjadi positif apabila kepentingannya terakomodasi. Atas nama kepentingan, bahasa dan persepsi politisi dapat berubah-ubah. Kata kunci: analisis wacana persepsi, transkrip Papa Minta Saham, persepsi Presiden Jokowi (Artikel dimuat dalam Jurnal CaLLs Volume 2 Nomor 2 tahun 2016 FIB Universitas Mulawarman Samarinda |
PROPAGANDA DALAM KONFERENSI PERS SBY MENANGGAPI TEROR BOM DI HOTEL J.W. MARRIOTT DAN RITZ-CARLTON SERTA KONFERENSI PERS PRESIDEN JOKOWI MENANGGAPI
TEROR BOM DI SARINAH
Ali Kusno
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Jalan Batu Cermin 25, Sempaja Utara Samarinda Kalimantan Timur Pos.el: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna propaganda konferensi pers SBY menanggapi teror bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton serta konferensi pers Presiden Jokowi menanggapi teror bom di Sarinah. Pendekatan penelitian ini analisis wacana dengan tinjauan semiotik. Data berupa dokumen transkrip rekaman konferensi pers. Hasil penelitian menunjukkan propaganda konferensi pers SBY mengandung makna bahwa kejadian teror bom sangat merugikan bangsa. Berbagai kemajuan yang telah dicapai pemerintah terancam mundur kembali. Diduga pelakunya dari lawan politik. SBY belum dapat meninjau lokasi karena terlalu berbahaya dan mengancam keselamatannya. Sedangkan, propaganda konferensi pers Presiden Jokowi membentuk kesatuan makna bahwa telah terjadi pengeboman dan penembakan di Sarinah, namun situasi telah terkendali. Kapolri dan Mekopolhukam telah diperintahkan untuk menangkap pelaku dan jaringan yang terkait. Presiden berbelasungkawa kepada keluarga korban. Masyarakat dihimbau untuk tidak takut. Presiden Jokowi meninjau lokasi kejadian. Kedua konferensi tersebut sama namun penggunaan propaganda yang berbeda menimbulkan tanggapan berbeda. Kata kunci: propaganda, konferensi pers, SBY, Jokowi (Artikel dimuat dalam Jurnal Sirok Bastra Kantor Bahasa Bangka Belitung, 2016) |
ANALISIS WACANA KRITIS TEKS BERITA JAWA POS TERKAIT PENETAPAN DAHLAN ISKAN SEBAGAI TERSANGKA KASUS GARDU INDUK PLN DAN MOBIL LISTRIK
Ali Kusno
Dahlan Iskan, biasa disapa DI, ditetapkan tersangka oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta dalam kasus Gardu Induk PLN dan Mobil Listrik. DI sebagai pemilik berpeluang mengarahkan Jawa Pos Group dalam pemberitaan terkait dirinya. Atau bisa juga tanpa diarahkan, dengan sendirinya Jawa Pos menurunkan berita yang membela DI. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur teks, praktik wacana, dan ideologi pemberitaan Jawa Pos. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif pendekatan analisis wacana kritis model Fairclough. Data penelitian ini berupa dokumen. Sumber data dokumen yakni berita-berita di www.jawapos.com. Berdasarkan analisis tekstual (analisis mikro), analisis praktik wacana, dan dimensi praktik sosial budaya (makro) menunjukkan bahwa Jawa Pos membentuk beragam ideologi: DI tidak bersalah; kebijakan yang diambil DI sebagai sebuah terobosan atas berbagai persoalan bangsa; Kebijakan yang dilakukan DI sepenuhnya demi kepentingan masyarakat; DI sudah memiliki harta kekayaan sehingga tidak mungkin korupsi; Kesalahan yang terjadi merupakan kesalahan mantan bawahan DI; DI bersikap kesatria mengambil alih tanggung jawab. Kata Kunci: berita, Dahlan Iskan, tersangka, analisis wacana kritis (Dimuat dalam Jurnal Medan Makna Balai Bahasa Sumatera Utara, 2015) |
PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN PADA KASUS DELIK PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK
Ali Kusno
Pragmatik telah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang hukum, untuk menganalisis bukti terkait analisis linguistik forensik, salah satunya menggunakan pendekatan pragmatik. Penggunaan tuturan pada kasus delik penghinaan dan pencemaran nama baik terbukti melanggar prinsip-prinsip kesopanan. Bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kesopanan tersebut berupa: pelanggaran maksim pujian (approbation maxim) dan maksim kesepakatan (aggrement maxim). Masyarakat hendaknya menghindari bentuk-bentuk pelanggaran tersebut agar tidak terjerat hukum. (Telah dipresentasikan dalam Seminar Prasasti UNS) |
KESANTUNAN BERTUTUR OLEH ORANG TUA KEPADA ANAK
DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA
(Sebuah Keteladanan Kesantunan Berbahasa)
Ali Kusno
Orang tua dalam memberikan teladan kesantunan bertutur pada anak perlu memperhatikan beberapa prinsip kesantunan. Pertama, maksim kebijaksanaan. Kedua, maksim kedermawanan. Ketiga, maksim penghargaan. Keempat adalah maksim kesederhanaan. Kelima, maksim kemufakatan. Keenam, maksim simpati. Selain itu, orang tua sering menggunakan tuturan perintah/imperatif kepada anak. Penggunaan kesantunan linguistik tuturan imperatif oleh orang tua perlu memperhatian kesantunan dalam penggunaan tuturan imperatif. Beberapa langkah dapat dilakukan orang tua untuk menciptakan tuturan yang santun. Pertama, penggunaan tuturan yang panjang. Kedua, penggunaan urutan tuturan. Ketiga, intonasi dan isyarat-isyarat kinestetik. Keempat, penggunaan ungkapan-ungkapan penanda kesantunan. Kata kunci: kesantunan, bertutur, prinsip kesantunan, kesantunan imperatif (dimuat dalam Jurnal Dinamika Ilmu IAIN Samarinda) |
PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN SERTA FUNGSINYA DALAM WACANA TERKAIT USULAN DANA ASPIRASI DPR
DI RUBRIK POLITIK KOMPASIANA
Ali Kusno
Penelitian ini membahas pematuhan dan pelanggaran prinsip kesopanan serta fungsinya dalam wacana terkait usulan dana aspirasi DPR di rubrik Politik di Kompasiana. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan teori prinsip kesopanan Geoffrey Leech. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, para kompasianer (penulis artikel) mematuhi prinsip-prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan yang digunakan meliputi maksim kearifan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Pematuhan tersebut berfungsi menunjukkan bahwa kompasianer menempatkan diri sebagai bagian masyarakat. Kritikan kepada anggota DPR yang menyetujui usulan dana aspirasi disampaikan dengan sopan. Sedangkan, pelanggaran prinsip kesopanan pada maksim pujian, yakni mengecam anggota DPR dengan berbagai cara, seperti mengkritik langsung dengan kata atau frasa yang kasar; bertutur dengan didorong rasa emosi; sengaja ingin memojokkan mitra tutur; menyampaikan tuduhan atas dasar kecurigaan terhadap mitra tutur. Selanjutnya pelanggaran maksim kesepakatan, yakni pertentangan pemahaman mengenai usulan dana aspirasi DPR. Pelanggaran berfungsi untuk menyampaikan kritik pedas kepada anggota DPR. Kata kunci: Pragmatik, kesantunan, Kompasiana (Dimuat dalam Jurnal Widyaparwa Balai Bahasa DIY) |
PERMAINAN BAHASA PADA HUMOR CAK LONTONG
(Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)
Ali Kusno
Permaian bahasa dalam sosiolinguistik pada prinsipnya untuk bercanda dan menimbulkan efek humor. Pengunaan permainan bahasa pada humor Cak Lontong dalam berbagai kesempatan memilikikekhasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permainan bahasa humor Cak Lontong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Permainan bahasa humor Cak Lomtong meliputi: pertama, penggunaan permainan logika/penalaran, yakni menggunakan penalaran Induktif generalisasi, penggunaan analogi yang salah, dan penggunaan silogisme yang salah. Kedua, menciptakan permainan peribahasa, meliputi kreasi dengan substitusi bunyi, kreasi dengan substitusi kata dan frase, kreasi dengan penggantian suku kata, permainan argumen atas sebagian atau seluruh peribahasa, , kreasi penghilangan dan penambahan, kreasi dengan pembalikkan dan substitusi, kreasi dengan kontaminasi dua peribahasa atau lebih. Ketiga, plesetan bahasa survei dan riset. Keempat,permainan sinonim dan antonim. menggunakan anekdot. Keenam, menggunakan gaya bahasa berbagai majas di antaranya litotes, ironi, maupun personifikasi. Ketujuh, memainkan logika fakta yang demikian adanya. Kedelapan, memanfaatkan makna denotasi dan konotasi. Kesembilan, permainan kata-kata motivasi. Kata kunci: Sosiolinguistik, permainan, bahasa (DImuat dalam Jurnal Lingua Unnes Semarang) |
ASOSIASI PORNOGRAFI PADA LIRIK LAGU CAMPURSARI
Ali Kusno
Abstrak Sebagian lagu-lagu campursari dicekal oleh KPID Jawa Tengah karena berasosiasi pornografi. Asosiasi pornografi merupakan pertautan dalam diri seseorang setelah melihat atau mendengar suatu objek sehingga mengarahkan pada ingatan tentang hal-hal yang dapat membangkitkan berahi seksual seseorang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik lirik lagu campursari yang berasosiasi pornografi. Analisis wacana dalam penelitian ini dengan tiga pendekatan, yakni semantik, pragmatik, dan semiotik. Dalam pengumpulan data menggunakan data lagu campursari yang berasosiasi pornografi, selanjutnya menggunakan teknik catat traskrip lirik lagu campursari tersebut dari berbagai sumber di internet. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model interaktif. Karakteristik lagu-lagu campursari yang menimbulkan asosiasi pornografi, sebagai berikut: pertama, menggunakan pilihan judul yang terkait objek dan aktivitas seksual; kedua, menciptakan ambiguitas makna; ketiga, menggunakan asosiasi alat kelamin; keempat, menggunakan asosiasi bagian tubuh yang sensual; kelima, menggunakan asosiasi kepasrahan seksual; keenam, menggunakan asosiasi rangsangan seksual; ketujuh, menggunakan asosiasi tahapan hubungan seksual; kedelapan, menggunakan asosiasi hubungan seksual; kesembilan, menggunakan asosiasi intensitas hubungan seksual; kesepuluh, menggunakan asosiasi kepuasan seksual; kesebelas, menggunakan asosiasi perselingkuhan; kedua belas, menggunakan asosiasi tempat prostitusi; ketiga belas, menggunakan asosiasi tarif seksual; keempat belas, menggunakan asosiasi akibat hubungan seksual. Kata kunci: karakteristik, lirik, campursari, asosiasi, pornografi (DImuat dalam Jurnal Metalingua Balai Bahasa Jawa Barat) |
KESANTUNAN LINGUISTIK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DAN BUNDA PENGASUH KEPADA ANAK DI TAMAN
PENITIPAN ANAK SANGGGAR RUBINHA
SAMARINDA
|
Ali Kusno
Abstrak Dalam kehidupan bersosialisasi saat anak dewasa nanti, orang akan lebih simpatik pada lawan tutur yang santun. Kesibukkan sebagian besar masyarakat perkotaan membuat sebagian orang tua, memasukkan anaknya ke taman penitipan anak. Salah satu taman penitipan anak yang menekankan penanaman kebiasaan-kebiasaan kesantunan berbahasa adalah Tempat Penitipan Anak (TPA) Sanggar Rubinha Samarinda. TPA tersebut telah memberikan perhatian khusus terkait kesantunan berbahasa anak. Guru dan bunda pengasuh dalam menggunakan kalimat perintah atau imperatif meskipun ditujukan kepada anak-anak harus memperhatikan kesantunan. Penelitian kesantunan mengkaji penggunaan bahasa dalam suatu masyarakat bahasa tertentu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini berhubungan dengan pemakaian bahasa tutur. Pengumpulan data dengan teknik pengamatan berperan serta. Sedangkan teknik analisa data menggunakan model interaktif. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa, pertama, guru dan bunda pengasuh menggunakan tuturan yang panjang. Semakin panjang tuturan yang digunakan akan semakin santun. Kedua, guru dan bunda pengasuh menggunakan urutan tuturan. Penggunaan urutan tutur menentukan makna sebuah tuturan. Ketiga, guru dan bunda pengasuh menggunakan intonasi dalam bertutur dengan bahasa yang halus. Sedangkan isyarat kinestetik yang mengikuti tuturan biasanya pada eskpresi wajah yang menunjukkan marah atau jengkel. Keempat, guru dan bunda pengasuh menggunakan ungkapan penanda kesantunan berupa kata tolong, ayo, coba, dan tidak apa-apa. Kata kunci: kesantunan, linguistik, kalimat imperatif (Dimuat dalam Jurnal JBSP Unlam Banjarmasin) |
KEKHASAN GAYA BAHASA PIDATO MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
DALAM KONGRES KE IV PDI PERJUANGAN DI BALI
(Tinjauan Retorika)
|
Ali Kusno
Gaya bahasa sebagai bagian dari retorika memberikan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa. Gaya bahasa sering digunakan dalam pidato. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa Megawati Soekarnoputri dalam pidato politik pada pembukaan kongres ke IV PDI Perjuangan di Bali. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen. Sumber data dokumen yaitu rekaman pidato Megawati Soekarnoputri dalam pembukaan kongres ke IV PDI Perjuangan yang diunggah di Youtube. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan gaya bahasa dalam pidato tersebut sebagai berikut: Penggunaan gaya bahasa resmi, nadanya bersifat mulia dan serius, menggunakan istilah-istilah politik kalangan PDI Perjuangan, dan Istilah-istilah Asing. Penggunaan gaya mulia dan bertenaga diperkuat dengan nada suara tinggi dan nada suara rendah. Penggunaan kekhasan gaya struktur kalimat, terwujud dalam gaya bahasa klimaks, antiklimaks, dan repetisi (epizeuksis, anafora, anadikplosis). Penggunaan gaya bahasa retoris, berupa gaya bahasa pertanyaan retoris dan gaya bahasa hiperbol. Penggunaan gaya bahasa kiasan, berupa gaya bahasa simile, Gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa personifikasi. Penggunaan humor saat menyapa para tamu undangan. Kata Kunci: Retorika, gaya bahasa, dan pidato (Dimuat dalam Jurnal LOA Kantor Bahasa Kaltim) |
MAKNA BAHASA PROPAGANDA DALAM WACANA
(SPANDUK DAN BALIHO) TUNTUTAN OTONOMI KHUSUS
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
(Kajian Semiotik)
|
Ali Kusno
Abstrak Penelitian bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa propaganda wacana otonomi khusus Provinsi Kaltim. Propaganda menggunakan manipulasi dan daya tipuan pesan yang mempesona sebagai sarana negosiasi dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini utamanya menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika Barthes dengan perangkat mengenai denotatif, konotatif, dan mitos. Data penelitian ini berupa penggunaan bahasa pada spanduk dan baliho otonomi khusus Kaltim. Makna pertama dan kedua menghasilkan makna ketiga bahwa Kalimantan Timur sebagai salah satu Provinsi di Indonesia yang kaya sumber daya alam. Kekayaan alam tersebut telah dieksploitasi sebagai sumber pendapatan negara. Meskipun demikian, tetap saja Kalimantan Timur tidak mendapatkan porsi pembangunan yang berarti. Dengan Otonomi khusus diharapkan Kalimantan Timur mendapatkan porsi dana pembangunan yang lebih besar. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai dana pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat Kalimantan Timur. Kata kunci: wacana, propaganda, special autonomy (Dimuat dalam Jurnal Parole Universitas Diponegoro Semarang) |